Jumat, 11 September 2009

MADRASAH RAMADHAN MEMBENTUK PRIBADI TAKWA

“Hai orang-orang yang beriman di wajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana di wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah:183)

Waktu terus berjalan, bulan demi bulan kita lewati hingga sampai di sayyaidul syahr, bulan Ramadhan, siang dan malam yang silih bergantian mengantarkan kita pada pijakan sepuluh hari terakhir menjalankan ibadah di bulan penuh kemulyaan. Limpahan puji syukur selayaknya kita panjatkan kepada tuhan semesta alam atas segala kemikmatan yang telah di berikan kepada kita, khususnya nikmat bertemu kembali dengan bulan Ramadhan.

Pada setiap bulan Ramdhan ayat di atas sering di bacakan dan sering kita dengar yang mana mengingatkan kita bahwa tujuan puasa secara eksplisit ialah agar kita menjadi insan yang bertakwa. Untuk mengapai derajat tersebut kita dilatih berpuasa Pra Ramadhan dengan puasa sunah bulan Syaban dan Pasca Ramadhan dengan puasa sunah bulan Syawal semua itu merupakan tangga titian yang akhirnya akan mengantarkan kita dapat menyandang predikat tersebut sebagai manusia terbaik di sisi Allah swt.

Bulan Ramadhan merupakan madrasah di dalamnya kita dilatih berpuasa selama satu bulan penuh menahan lapar dan dahaga serta hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai-nilai puasa kita. Puasa merupakan perisai diri kita agar kita tidak terjerumus pada hal-hal yang beretentangan dengan agama, sehingga puasa dapat membentuk pribadi muslim yang selalu merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi gerak gerik setiap langkahnya dengan rasa yang ia miliki maka akan terbentuklah akhlakul karimah dari setiap pribadi muslim yang beriman . Sebagaimana Rasulullah saw pernah bersabda:

“Puasa merupakan perisai dari siksa api neraka selama puasa itu tidak di rusak oleh perbuatan dusta dan ghibah (menggunjing)”.

Betapa banyak orang yang berpusa namun ia hanya memperoleh rasa lapar dan haus dari puasanya mereka mendapatkan seakan akan apa yang ia usahakan sia-sia karna, mereka hanya menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari sementara mereka mengabaikan nilai-nilai dari puasa itu sendiri, mereka merusaknya dengan melakukan hal-hal tercela seperti berkata dusta,menggunjing, dan perbuatan tercela lainnya. Secara hukum syari’ puasa mereka sah namun puasa yang mereka lakukan tidak berbekas pada diri mereka kompetensi untuk melaksanaakan amal-amal sholeh menghidupkan agama dengan amar maruf nahi munkar. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

“Banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.”(HR.Ibn Madjah)

Berbeda halnya dengan orang-orang yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan semata-mata mengharapkan keridhoan allah swt maka puasa yang mereka lakukan akan mengantarkan mereka pada kemenangan yang hakiki, Kemenangan spiritual sebagai insan yang bertakwa yang selalu berusaha membawa dirinya menuju arah yang lebih baik dalam menggapai keridhaan Allah swt, kemenangan emosional dengan menanamkan rasa empati terhadap sesama dan menyeimbangkan emosional di mana selama puasa kita dididik untuk menahan hawa nafsu kita serta menanamkan kesabaran, di sisi lain kemenangan intelektual yang tercipta setelah adanya keseimbangan antara spiritual dan emosional. Hingga tercerminlah orang-orang yang berilmu dan beramal.sehingga puasa menjadikan perisai mereka dari siksa api neraka. Di sinyalir dalam sabda Rasulullah saw:

“barang siapa puasa Ramadhan karna iman dan mengharap ridha allah swt, maka ia akan di ampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”(HR.Muttafaq ‘alaih).

Sebagai madrasah, puasa Ramadhan mendidik kita untuk berlomba-lomba memperbanyak amal ibadah baik secara vertikal (mahdoh) sebagai hamba dengan tuhannya dengan melaksanakan sholat Terawih,tadarus Al quran menghidupkan malam dengan Qimaul lail dan, juga horizontal (ghoiru mahoh) antar sesama makhluk dengan memperbanyak amal sosial seperti sodakoh dan berinteraksi dengan baik antara sesama dan lain sebagainya, karna allah swt telah melipat gandakan pahala di bulan Ramadhan selayaknya kita berlomba-lomba memperloleh kesepatan emas untuk beribadah dengan bertemu kembali bulan penuh hikmah ini.

Di samping itu allah swt telah memebrikan kado terindah dengan adanya malam “Lailatul Qadar” yang sering di sebut malam kebaikan seribu bulan, dengan di samarkannya kapan jatuhnya malam tersebut di salah satu malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan memacu kita untuk berorentasi ibadah dengan penuh harapan memperoleh kemuliaan dan keagungan malam Lailatul Qadar. Allah swt berfirman:

“Fiihaa yufraqu yufraqu kullu amrin hakiim” (Pada malam itu di jelaskan segala urusan yang penuh hikmah). (QS.Ad dukhan:4)

.“Takwa” ialah predikat yang di raih dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan..
Timbulah pertanyaan, mengapa predikat takwa yang kita raih tiap tahun dalam melaksanakan ibadah puasa?.

Telah merupakan sunatullah bahwa manusia di ilhami oleh dua kekuatan kebaikan (takwa) dan keburukan (fujur) sebagaimana allah telah berfirman Al quran:

“Dan jiwa serta penyempurnaanya,maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”QS.Al syams:7-10).

Substansi ayat di atas bahwa “takwa” yang di pupuk secara terus menerus akan meningkatkan kualitas ketakwaan seseorang sehingga ia akan dapat menjaga kesucian jiwanya dari segala yang mengotorinya yang berupa keburukan (fujur). Di sinilah peranan takwa yang merupakan buah dari apa yang kita tanam selama tiga puluh hari menggapai kemenangan Ramadhan.
Di samping itu implementasi takwa yang tebaik ialah memuliaan di sisi Allah swt sebagai mana dalam firman-Nya yang berbunyi:

”inna akramakum ‘indaallahi attqakum” (sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu di sisi allah ialah orang yang paling bertakwa).(QS. 49:13).

Bertolak dari sinilah bahwa ketakwaan kita harus selalu di pupuk dan di tingakatkan yang mana salah satunya ialah melalui puasa Ramadhan.
Aktualisasi takwa akan dapat menjadikan motivaror bagi kita dalam menghadapi segala problematika kehidupan sebagai mana firman Allah swt:

“wa man nyataqillaha yaj’alahu makhraja wa yar juquhu min haytsu la yah tasib wa man yattawakal ‘alaallahi fa hua hasbuh inna allaha baalighu amrih qad jaala allahu likulli syaiin qadra ”(…barang siapa bertakwa kepada allah niscaya DIA akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tak di sangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluaan)nya. Seseungguhnya Allah melaksanakan urusan yang di (kehendaki)Nya. Sesunggunya Allah telah mengadakan ketentuaan bagi segala sesuatau) .(QS.At thalaq:2-3)

Akhirnya semoga kita semua termasuk orang-orang yang yang mendapat predikat “Takwa”Pasca Ramadhan,bahkan selama setahun penuh seakan akan bulan Ramadhan seperti yang di rasakan para sahabat Rasulullah saw. Di hari-hari terakhir bulan Ramadhan tahun ini semoga kita dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita hingga kita dapat memperoleh kado Ramadhan yang telah Allah swt janjikan selagi kita masih di berikan kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan.

Sesungguhnya kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya , semoga amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini merupakan tabungan yang akan mengantarkan kita untuk menemui sang pencipta.

Waallahu ‘alam bishowab.

3 komentar:

novi cuk lanang mengatakan...

alhamdulillah, kemarin ane masih merasakan puasa. meski bolong 2 hari tapi ini sudah merupakan prestasi. tahun sebelumnya bisa sampai 7 hari...


")

semoga puasa dea disana diterima seluruhnya. amiin

Anonim mengatakan...

Selamat Iedul Fitri ya mbak..
Mohon maaf lahir dan bathin...

Mampir-mampir ke blogku jika berkenan.

Wassalam

Unknown mengatakan...

Aminn...