Sabtu, 09 Januari 2010

INDONESIA THE TRULY ATLANTIS


“ATLANTIS THE LOST CONTINENTS FINALLY FOUND”

Buku itu secara tegas menyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak 11.600 tahun yang lalu itu adalah di INDONESIA. Bukan Malaysia. Selama ini lokasi yang diceritakan Plato 2.500 tahun lalu itu, saat dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat, dianggap Benua yang dihuni sebuah bangsa dengan peradaban yang sangat tinggi, alam yang sangat kaya, dan kemudian tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari para Dewa. Kisah ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus dilakukan di samudera Atlantik, Laut Tengah, Caribea, sampai ke kutub Utara guna mencari sisa-sisa peradaban tinggi yang dicapai bangsa Atlantis itu.

Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘the mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran Benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga. Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh Benua itu. Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.

Sampai saat ini masih belum dapat dideteksi apakah kisah Plato hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas absolut ?

Prof. Santos yang ahli Fisika Nuklir menyatakan dalam buku ini bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar adalah Indonesia, katanya. Dia mengatakan bahwa dia telah melakukan penelitian kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun dengan ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology. Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun yang lalu secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat sehingga menyebabkan punahnya 70% species mamalia yang hidup saat itu, termasuk dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.

Sebelum bencana banjir, data-data geografis yang dimilikinya menunjukkan bahwa pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan Benua Asia. Sedangkan Sulawesi, Maluku dan Irian menyatu dengan Benua Australia. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah selat yang mengikuti garis ‘Wallace’. Posisi Indonesia juga terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan dan membentuk ‘Ring of Fire’ berupa sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina. Gunung utama yang disebut memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.

Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa. Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan.
Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ yang naik ke udara dan ditiup angin ke seluruh dunia yang masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Pleistocene). Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut. Gletser di kutub Utara dan Eropa kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.

Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran Indonesia. Dataran rendah tenggelam dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Tekanan air yang besar juga menimbulkan tarikan dan tekanan hebat pada lempeng-lempeng Benua, yang menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa. Plato juga menyebut bahwa luas Benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.

Menurut Prof. Santos, realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain. Santos menyimpulkan hal ini sejak lebih dari 20 tahun lalu sewaktu dia meneliti tradisi-tradisi kuno Junani, Roma, Mesir, Mesopotamia, Phoenicia, Amerindian, Hindu, Budha, dan Judeo-Christian. Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama. Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.

Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene. Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini.

Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika. Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia , sedangkan suku Aryan mula-mula yang bermigrasi ke India dan menetap di lembah Indus. Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara. Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka, dan menjadi dasar munculnya teknologi maju di bidang seperti pertanian, pengolahan batu mulia dan metalurgi.

Kemajuan tertinggi adalah munculnya bahasa dan abjad huruf di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution. Penelusuran akar bahasa dan abjad dunia ternyata bermuara pada bahasa Sansekerta dan Dravida. Dari sudut gramatika dan semantik, semua abjad yang dikenal manusia saat ini menunjukkan adanya jejak dari India, yang pada masa itu merupakan bagian integral dari Atlantis, atau Indonesia. Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain.

Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis di berbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain. Itulah ringkasan teori Prof. Santos yang ingin membuktikan bahwa Benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia .

Pulau Sumaterapun ternyata tertulis dalam kisah Atlantis, yang disebut sebagai Taprobane.
Dulu Taprobane ini diartikan sebagai Ceylon, tapi kalau melihat ukuran besarnya tidak syak lagi bahwa Taprobane adalah Sumatera yang dikisahkan kaya dengan emas, batuan mulia, dan beragam binatang termasuk gajah. Itulah kira-kira teori Santos secara sangat ringkas.

Terlepas benar atau tidaknya keberadaan Atlantis di bawah laut Indonesia, teori Prof. Santos Teori yang disusun dengan argumentasi atau hujjah yang jelas ini ini mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia. Prof. Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan teorinya. Santos mengatakan berdasarkan penelitiannya bahwa berbagai kisah tentang negara bak ‘surga’ yang kemudian menjadi hilang, bencana banjir besar, letusan gunung berapi, dan gempa dahsyat ditemui pada kisah-kisah berbagai bangsa di seluruh dunia. Kisah ini mirip satu dengan lainnya.

Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia ?
Bagaimana pula pakar Indonesia dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya “mengangkat” Indonesia ke posisi sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh dunia ini ?

Bagi yang berminat untuk membaca lebih jelas, dapat langsung ke website Prof. Santos http://atlan/. org/ atau membeli bukunya yang disebutkan diatas ke penerbit ‘Amazon.com’ (kalau sudah ada terbitan barunya). Dan….perusahaan penerbangan mana yang akan memulai dengan iklan “INDONESIA : THE TRULY ATLANTIS”



sumber:kbri rabat.

3 komentar:

novi cuk lanang mengatakan...

pantes kusplus bikin lagu bunyinya "bukan lautan hanya kolam susu"

pantes juga ada yang bilang indonesia itu bak sempalan surga.

bahkan ada yg bilang nabi Musa dan sejarahnya itu juga sampai ke pulau Jawa dari ciri2 yg disebut di Qur'an.

entahlah, jika benar.. lama-lama tak ada lagi yang rahasia di masa sekarang. semuanya bakal tersingkap satu demi satu sejalan dengan tanda jaman

yummy mengatakan...

wah..keren y postingannya,ane mah kalo posting cuma curhat doang

Unknown mengatakan...

sejarah menuntun kita pada kematian....