Ketika melintasi jalan Mohammad V, tepat didepan bank Magrib, disamping pos
Magrib ada palang yang tertuliskan Avenue Soukarno atau jalan Soekarno. Bagi
para mahasiswa, maupun orang Indonesia yang berkunjung ke Maroko palang itu merupakan
kebanggaan tersendiri. Betapa tidak nama
presiden pertama Indonesia diresmikan sebagai nama jalan yang ada di
jantung ibu kota Maroko.
Hubungan persahabatan Indonesia dengan negeri di kawasan Afrika Utara ini
sudah terjalin selama setengah abad lebih. Sebelumnya, Indonesia dan Maroko
sudah saling mengenal pada pertengahan abad ke 14 M melalui pengembara
sekaligus sosiolog muslim Maroko bernama Ibnu Battutah. Begitu juga Maulana
Malik Ibrahim, sesepuh Wali Songo asal Maroko yang dikenal dengan nama Sunan
Gresik, datang untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Perkenalan Indonesia-Maroko semakin dekat saat peristiwa perjuangan
kemerdekaan di beberapa negara Asia dan Afrika. Dukungan Indonesia mendorong
Maroko aktif dalam Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung.
Setahun setelah itu, tepatnya tanggal 2 Maret 1956, Maroko meraih
kemerdekaannya. Hari itu juga hubungan diplomatik antara dua negara ini
terjalin, yang ditandai dengan dibukanya Kantor Kedutaan Besar RI di Rabat.
Pada tanggal 2 Mei
1960 Presiden pertama Indonesia mengadakan kunjungan ke Maroko,
sebagai bentuk dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Maroko dari
jajahan Francis. Beliau mendapat sambutan hangat dari Raja Mohammed V dan
rakyat Maroko. Presiden Soekarno dianggap tokoh yang berperan dalam kemerdekaan
bangsa-bangsa Asia-Afrika, Indonesia merupakan Negara pertama yang mengakui
kedaulatan Negara Maroko. Sebagai apresiasi dari raja Mohammad V, nama presiden
Soekarno diabadikan sebagai nama jalan besar yang berada di jantung ibu kota ini.